PERCOBAAN VIII
PEMURNIAN NaCl
I. Tujuan
1.
Memahami prinsip pemurnian dan pengkristalan garam NaCl
II. Landasan Teori
Natrium
adalah logam putih perak yang lunak, yang melebur pada 97, 5oC.
Natrium teroksidasi dengan cepat dalam udara lembab, maka harus disimpan
terendam seluruhnya dalam pelarut nafta atau silena. Logam ini bereaksi keras
dengan air, membentuk natrium hidroksida dan hidrogen. Dalam garam-garamnya
natrium berada sebagai kation monovalen Na+. Garam-garam ini
membentuk larutan tak berwarna, hampir semua garam natrium larut dalam air.
Kebanyakan klorida larut dalam air,
merkurium (I) klorida, HgCl2, perak klorida, AgCl, timbal
klorida, PbCl2 ( yang ini larut sangat sedikit dalam air dingin,
tetapi mudah larut dalam air mendidih), tembaga (I) klorida, CuCl,
bismutoksiklorida,stibium oksiklorida, dan merkurium (II) oksiklorida, HgOCl2,
tak larut dalam air (Svehla, 1985 : 298)
Natrium klorida adalah senyawa kimia
dengan rumus molekul
NaCl. Sebagai komponen utama pada garam dapur, natrium klorida sering digunakan
sebagai bumbu dan pengawet makanan. Suhu kritis (critical
point) dari senyawa NaCl adalah 415oC.
Industri
kimia yang paling banyak menggunakan NaCl sebagai bahan bakunya adalah industri
klor alkali. Produk utama dari industri ini adalah klorin (Cl2) dan
natrium hidroksida (NaOH), yang banyak dibutuhkan oleh industri lain, seperti
industri pulp dan kertas, tekstil, deterjen, sabun dan pengolahan air limbah
(Bahruddin Zulfansyah, 2003 : 156).
Natrium klorida adalah garam ionik dari logam Na. Senyawa ini
banyak terkandung dalam air laut dan batuan garam seperti karnalit
(NaCl.MgCl.6H2O) yang merupakan hasil penguapan air laut dalam
jangka waktu geologis. Danau garam di Utah dan laut mati di Israel merupakan
contoh dari penguapan yang masih berlangsung (Cotton, 1989 : 213).
NaCl dapat dikatakan mempunyai bangunan kemas rapat bangun
kubus maka ion Cl- dan ion Na+ yang lebih kecil menempati
rongga okatahedral. Selain itu bangun ini juga akan memperlihatkan adanya
bentuk kubus pusat muka yang dibangun oleh ion-ion Na+ seperti
halnya dibangun ion-ion Cl-. Oleh karena itu, kisi kristal NaCl
merupakan dua kisi kubus pusat muka yang saling tertanam di dalamnya
(interpenetrasi) (Sugiyarto, 2003 : 98).
Natrium adalah logam
putih perak yang lunak, yang melebur pada 97,5oC. Natrium
teroksidasi dengan cepat dalam udara lembab, maka harus disimpan terendam
seluruhnya dalam pelarut nafta atau silena. Logam ini bereaksi keras dengan
air, membentuk nattrium hidroksida dan hidrogen. Dalam garam-garamnya natrium
berada sebagai kation monovalen Na+. Garam-garam ini membentuk larutan
tak berwarna, hampir semua garam natrium larut dalam air.
Kebanyakan klorida larut
dalam air, merkurium (I) klorida (HgCl2), perak klorida (AgCl),
timbal klorida (PbCl2) (yang ini larut sangat sedikit dalam air
dingin, tetapi mudah larut dalam air mendidih), tembaga (I) klorida (CuCl),
bismuth oksiklorida (BiOCl), stibium oksiklorida (SbOCl), dan merkurium (II)
oksiklorida (HgOCl2), tak larut dalam air (Vogel, 1979 : 271).
Di bidang teknik kimia
seringkali bahan padat harus dipisahkan dari larutan atau lelehan, tanpa
mengikat kotoran-kotoran yang terkandung dalam fasa cair tersebut. Seringkali
juga bahan padat kristalin yang mengandung pengotor harus dibersihkan atau
harus dihasilkan bentuk-bentuk kristal tertentu, untuk maksud tersebut proses
kristalisasi dapat digunakan. Kristal adalah bahan padat dengan susunan atom
atau molekul yang teratur. Yang dimaksud kristalisasi adalah pemisahan bahan
padat berbentuk kristal dari suatu larutan atau lelehan. Hasil kristalisasi
dari lelehan sering harus didinginkan lagi atau dikecilkan ukurannya
(Bernaseoni, 1995 : 189).
Senyawa organik padat
yang dari reaksi organik diisolasi, jarang terbentuk murni. Senyawa tersebut
biasanya terkontaminasi dengan sedikit senyawa lain (“impurities”) yang dihasilkan selama reaksi berlangsung. Pemurnian
senyawa tak murni biasanya dikerjakan dengan rekristalisasi dengan berbagai
pelarut atau campuran pelarut.
Pemurnian padatan dengan rekristalisasi didasarkan pada perbedaan dalam
kelarutannya dalam pelarut tertentu atau campuran pelarut (Anwar, 1994 : 107).
Kristalisasi adalah proses pembentukan fase padat
(kristal) komponen tunggal dari fase cair (larutan atau lelehan) yang multi
komponen, dan dilakukan dengan cara pendinginan, penguapan dan atau kombinasi
pendinginan dan penguapan.
Proses pembentukan kristal dilakukan dalam tiga
tahap, yaitu (1) pencapaian kondisi super/lewat jenuh (supersaturation), (2) pembentukan inti kristal (nucleation), dan (3) pertumbuhan inti
kristal menjadi kristal (crystal growth).
Kondisi super jenuh dapat dicapai dengan pendinginan. Penguapan, penambahan
presipitan atau sebagai akibat dari reaksi kimia antara dua fase yang homogen.
Sedangkan pembentukan inti kristal terjadi setelah kondisi super/lewat jenuh (supersaturated) tercapai (Paryanto, 2007
: 157).
Kristalisasi dari larutan dikategorikan sebagai salah satu proses
pemisahan yang efisien. Secara umum, tujuan dari proses kristalisasi adalah
menghasilkan produk kristal dengan kualitas seperti yang diharapkan. Kualitas
kristal yang dihasilkan dapat ditentukan dari parameter-parameter produk yaitu
distribusi ukuran kristal), kemurnian kristal dan bentuk kristal. Salah satu
syarat terjadinya kiristalisasi adalah terjadinya kondisi supersaturasi.
Kondisi supersaturasi adalah kondisi dimana konsentrasi larutan
berada di atas harga kelarutannya. Kondisi supersaturasi ini dapat dicapai
dengan cara penguapan, pendingin atau gabungan keduanya. Terdapat dua phenomena
penting pada proses kristalisasi yaitu pembentukan inti kristal (nukleasi) dan
pertumbuhan kristal (crystal growth) (Puguh, et al., 2003 : 63).
Endapan adalah zat yang memisahkan diri sebagai suatu fase padat
keluar dari larutan. Endapan terbentuk jika larutan menjadi terlalu jenuh
dengan zat yang bersangkutan. Kelarutan (S) suatu endapan menurut definisi
adalah sama dengan konsentrasi molar dari larutan jenuhnya. Kelarutan
bergantung pada berbagai kondisi seperti suhu, tekanan, konsentrasi bahan-bahan
lain dalam larutan itu, dan pada komposisi pelarutnya (Dina dan Istikomah, 2009 : 89).
III. Prosedur Percobaan
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
·
Gelas
kimia 400 ml
·
Gelas
ukur 50 ml
·
Batang
pengaduk
·
Gelas
ukur 100 ml
·
Neraca
·
Corong
pemisah
3.1.2 Bahan
·
Garam
dapur
·
Aquades
·
H2SO4
3.2
Skema Kerja
300
gram garam dapur
|
Dilarutkan
dalam 1 liter air
Disaring
Dijenuhkan dengan hidrogen klorida
Disaring endapan dengan corong buchner
Dicuci sedikit dengan air dingin
Dikeringkan dalam oven (200oC)
Hasil
|
IV. Hasil dan Pembahasan
4.1 Hasil
Perlakuan
|
Hasil
pengamatan
|
36
gram garam dapur dilarutkan dalam 100 ml air, dijenuhkan dengan HCl, disaring
endapan, dicuci, dikeringkan dalam oven 200C
· Berat kertas saring + NaCl kering
setelah dioven
· Berat kertas saring
· Berat
|
Setelah
dijenuhkan dengan HCl, larutan NaCl mengendap dan terdapat kristal garam yang
kecil
· 2,9015 gram
· 0,9015 gram
· 2 gram
|
4.2
Pembahasan
Senyawa natrium
klorida yang dikenal sebagai garam dapur merupakan zat yang memiliki tingkat
osmotik yang tinggi. Kemampuan tingkat osmotik yang tinggi apabila NaCl yang
terlarut di dalam air akan menpunyai nilai atau tinggi konsentrasi yang tinggi,
yang dapat mengemulsi kandungan air (konsentrasi rendah). Kelarutan senyawa
ionik NaCl dalam molekul air dapat terjadi karena terbentuknya interaksi ion
dipol antara senyawa ion dengan molekul air. Jika interaksi ion dipol lebih
kuat dari pada jumlah gaya tarik antar ion dan gaya antar molekul air, maka
proses pelarutan akan dapat berlangsung. Senyawa NaCl merupakan padatan ionik
yang tersusun atas ion-ion berlawanan muatan yang saling tarik menarik.
Proses pemurnian
NaCl dilakukan berdasarkan prinsip kristalisasi dan rekristalisasi. Kristalisasi
merupakan suatu metode untuk pemurnian zat dengan pelarut dan dilanjutkan
dengan pengendapan. Dalam kristalisasi senyawa organik dipengaruhi oleh
pelarut. Pelarut rekristalisasi merupakan pelarut dibawa oleh zat terlarut yang
membentuk padatan dan tergantung dalam struktur Kristal-kristal zat terlarut.
Dalam rekristalisasi, sebuah larutan mulai mengendapkan sebuah senyawa bila
larutan mencapai titik jenuh terhadap senyawa tersebut. Dalam pelarutan,
pelarut menyerang zat padat dan
mensolvatasinya pada tingkat partikel terjadi kembali saat zat terlarut
meninggalkan larutan.
Percobaan ini
digunakan garam dapur 36 gr dan dilarutkan dalam air 100 ml, pelarutan
bertujuan agar terjadi endapan ketika dilakukan proses pemanasan. Kemudian
dilakukan proses penyaringan untuk menyaring kotoran-kotoran yang ada pada
garam dapur kemasan. Larutan tadi di jenuhkan menggunakan gas HCl, dimana gas
HCl diperoleh dari reaksi antara H2SO4 pekat dengan
persamaan reaksi yaitu :
2NaCl(s)+ H2SO4(l)
NaSO4(aq)
+ 2HCl(g)
Digunakan H2SO4 pekat karena H2SO4
merupakan asam kuat yang memiliki daya oksidasi yang baik. Sebelumnya
dibuat larutan garam jenuh agar
mendapatkan garam yang bersih, baru setelah itu gas HCl dialirkan
melalui pipa yang ujungnya tercelup pada larutan NaCl jenuh.
Pada percobaan
ini tidak mengalirkan gas HCl tetapi menuangkan larutan garam dapur dan asam
sulfat pekat ke dalam larutan garam dapur, sehingga ketika dituangkan larutan
garam dapur dan asam sulfat pekat sangat mempengaruhi garam yang terbentuk,
dimana seharusnya diperoleh NaCl murni tetapi disini NaCl yang diperoleh sudah
terkontaminasi oleh garam NaSO4.
Gas HCl yang
dialirkan kedalam larutan jenuh NaCl bereaksi dengan larutan NaCl membentuk
kristal. Ion Na+ dari larutan jenuh bereaksi dengan ion Cl-
dari gas HCl membentuk garam NaCl dalam bentuk kristal berwarna putih.
Adapun reaksi kimia yang terjadi yaitu sebagai
berikut :
HCl(g)
H+(aq)+
Cl-aq
Na+(g)+Cl-(aq)
NaCl(s)
Ion Na+ pada larutan jenuh NaCl bereaksi dengan
ion Cl- dari gas HCl dialirkan,
sehingga hanya tinggal larutan yang berisi ion Cl- dan H+
yang tersisa dalam larutan jenuh NaCl dengan adanya ion sejenis dari HCl, maka
NaCl dari larutan jenuh akan mengendap, ini disebabkan kesetimbangan pada
reaksi akan bergeser pada reaktan.
Kristal garam
NaCl yang terbentuk kemudian disaring dan dikeringkan dalam oven. Kemudian
Kristal tersebut di timbang. Kristal yang didapatkan sekitar gr. Berat %
rendemen kristal NaCl %. Dapat dilihat berat dan rendemen kristal NaCl yang diperoleh
sangat besar, seharusnya jika kristal NaCl yang diperoleh adalah senyawa murni
berat serta rendemenya tidak besar dan melebihi berat awal garam dapur yang
dipergunakan. Selain itu seharusnya garam NaCl dilarutkan dalam air panas
sehingga pengotor-pengotor berupa partikel pada bias terlepas dan menjadi
koloid dalam larutan sehingga dapat terkumpul lalu disaring.
Kemurnian kristal NaCl yang terbentuk dapat diuji
dengan menggunakan uji titik lelehnya, untuk mengetahui berapa besarnya suhu
yang akan merubah zat padat murni (kristal
NaCl) menjadi cairan tetapi disini tidak dilakukan pengujian titik leleh
kristal NaCl yang terbentuk. Jika dilakukan pengujian titik leleh dari kristal
yang diperoleh kemungkinan dapat diketahui apakah senyawa tersebut murni atau
tidak.
V. Kesimpulan dan Saran
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa
:
1. Pemurnian garam NaCl
menggunakan prinsip filtrasi dan rekristalisasi. Filtrasi merupakan suatu
proses penyaringan dengan cara diuapkan menghasilkan filtrat yang lebih bersih
dan bening.Rekristalisasi merupakan suatu proses pengkristalan kembali suatu
larutan yang di uapkan untuk menghasilkan Kristal yang lebih besar.
2. NaCl dapat dimurnikan dengan
cara mereaksikan gas NaCl kedalam bagian garam dan 100 bagian air (26%). Massa
NaCl murni yang didapat yakni 2 gram, sehingga persentase NaCl murni dalam
garam tersebut adalah 5,55 %.
5.2 Saran
Pada
percobaan ini sebaiknya diperlukan ketelitian, hati-hati dalam menangani
senyawa yang digunakan, karena semua bahan kimia adalah bersifat berbahaya
(beracun) bagi tubuh. NaCl juga harus diberikan perhatian khusus. Natrium teroksidasi dengan cepat dalam udara lembab,
maka harus disimpan terendam seluruhnya dalam pelarut nafta atau silena.Saat
pemanasan harap diperhatikan petunjuk yang ada sehingga tidak ada kesalahan
dalam perlakuan senyawa dalam pratikum.
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, C. 1994. Pengantar Pratikum Kimia Organik I.
Yogyakarta : FMIPA UGM.
Zulfansyah,B., I. Arin
dan Nurfatihayati.2003.Penentuan Rasio
Ca/Mg Optimum pada Proses Pemurnian Garam Dapur.Pekanbaru : Universitas
Riau.
Bernaseoni, G. 1995. Teknologi Kimia. Jakarta : PT Padya
Pranita.
Cotton, F. A. dan Geoffrey Wilkinson. 1989. Kimia Anorganik. Jakarta : UI Press.
Lesdantina, Dina dan Istikomah.2009.Pemurnian Nacl Dengan Menggunakan Natrium Karbonat.Semarang :
UNDIP.
Paryanto, I. 2007.Pengaruh
Penambahan Garam Halus Pada Proses Kristalisasi Garam. Jakarta : Binarupa
Aksara.
Setyopratomo, Puguh, Wahyudi Siswanto,
dan Heru Sugiyanto Ilham. 2003. “Studi Eksperimental Pemurnian Garam NaCl
dengan Cara Rekristalisasi”.Jurnal Kimia.
Vol. 11 No.2
: 63.
Sugiyarto, Kristian H. 2003. Kimia Anorganik II. Yogyakarta : UNJ.
Svehla, G. 1985. Buku Ajar Vogel : Analisis Anorganik Kuantitatif Makro dan Semimikro. Jakarta : PT Kalman Media Pustaka. .
Vogel. 1979. Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan
Semimikro. Jakarta : PT Kalman Media Pustaka.
LAMPIRAN
PERTANYAAN
1. Apa sebabnya untuk memperoleh NaCl murni
diperlukan HCl(g)?
Jawab :
Untuk menjenuhkan
larutan garam dengan jalan menambahkan kelarutannya sedikit lebih tinggi.
Ada
dua cara pemurnian NaCl dengan metode kristalisasi yaitu kristalisasi dengan
penguapan dan pengendapan. Kristalisasi dengan cara pengendapan dengan
mengalirkan gas HCl menurut persamaan reaksi
NaCl(aq) +
HCl(g) → NaCl(aq) + HCl(aq)
Penambahan HCl akan memperbesar konsentrasi ion Cl-
atau ion Na+ dalam larutan. Sesuai dengan azas kelarutan Le
Chatelier tentang pergeseran kesetimbangan. Penambahan konsentrasi ion Cl-
atau ion Na+ (iom sejenis) akan menggeser kesetimbangan persamaan ke
kiri. Akibat dari pergeseran tersebut, jumlah NaCl yang larut akan berkurang.
Prinsip ini mendasari pembentukan endapan dari NaCl ketika direaksikan dengan
HCl. Selain itu juga gas HCl berfungsi untuk menjenuhkan larutan garam untuk
menghasilkan garam yang lebih putih dan murni.
2. Apa sebabnya HCl(g) dibuat dengan cara mereaksikan garam dapur dengan H2SO4?
Bukan dengan asam lain?
Jawab :
Karena H2SO4
merupakan asam kuat yang akan mudah bereaski dengan garam dapur jika
dibandingkan dengan pelarut lain. Selain itu H2SO4 mudah
didapatkan dalam pengerjaan skala laboratorium untuk saat ini.
Selain
itu jika direaksikan dengan asam yang lain, HCl yang dihasilkan bukan dalam
bentuk gas, melainkan larutan
Berdasarkan
persamaan reaksi dibawah ini, jika NaCl direaksikan dengan H2SO4,
HCl yang dihasilkan berada dalam fase gas.
2NaCl(aq) +
H2SO4 → Na2SO4(aq) +
2HCl(g)
Gas HCl dibuat
dengan cara mereaksikan garam dapur dengan asam sulfat, bukan dengan asam yang
lain karena asam yang lain bukan merupakan pengoksidasi yang kuat.
3. Apakah HBr dan HI dapat dibuat dengan
cara mereaksikan garamnya dengan H2SO4? Jelaskan jawaban
anda!
Jawab :
HBr
dan HI tidak dapat dibuat dengan cara mereaksikan garamnya dengan asam sulfat
(H2SO4) pekat, karena H2SO4 dapat
mengoksidasi bromida dan iodida menjadi brom dan iod
Reaksi
yang terjadi sebagai berikut :
NaI + H2SO4 → Na2SO4
+ I2 + SO2+ H2O
NaBr + H2SO4→ Na2SO4
+ Br2 + SO2+ H2O
4. Biasanya garam dapur diperoleh langsung
dari penguapan air yang mengandung garam kalsium dan magnesium. Bagaimana cara
menghilangkannya?
Jawab :
Garam
dapur yang diperoleh dari penguapan air laut masih mengandung banyak pengotor
yang berupa ion Ca2+,Fe3+,Al3+ dan lain lain.
Untuk menghilangkan kehadiran ion ion pengotor tersebut perlu ditambahkan ion
ion tertentu yang mampu mengikat ion ion pengotor menjadi senyawa senyawa yang
kelarutannya dalam air sangat rendah sehingga dapat dipisahkan melalui
penyaringan. Ion Ca2+ dihilangkan dengan penambahan CaO karena CaO
akan mengikat ion Ca2+ sedangkan ion pengotor lain yang tidak larut
dengan CaO seperti ion Mg2+ dan lain lain bisa dihilangkan dengan
penambahan Ba(OH)2. Ba(OH)2 ini akan mengikat ion Mg2+
sehingga dapat dipisahkan.
Garam hasil pengeringan langsung
air laut itu kemudian dimasak kembali dengan campuran air sebagai pelarutnya.
Kemudian diuapkan kembali untuk mendapatkan kristalisasi NaCl yang lebih murni.
Namun, kenyataan dilapangan kandungan NaCl yang dihasilkan oleh penambak garam
Indonesia masih berada dalam kadar 60-67% kandungan NaCl.